Ada sebuah kisah yang telah banyak orang
yang meneteskan air mata karenanya.
Ini kisah yang biasa dan sering
diperdengarkan.
Tapi dapatkah makna itu tersampaikan dan tertanam lekat dalam
lubuk hati kita yang tak begitu dalam ini?. Kisah seorang ayah dan anaknya.
Ayah sudah sangat tua, dia membesarkan anaknya dengan apa yang dimilikinya.
Bukan sebuah materi yang dia banggakan, ajarkan, juga terapkan. Satu hal saja “
kasih sayang”. Bersyukurlah… saat kita mendengar kabar yang mungkin saja
membukkakan hati seseorang mereka dan tentu kita masih ada dalam dekapan dunia.
Anak lelaki itu duduk bersama dengan
ayahnya. Dia begitu renta.. sebuah kursi panjang berdiri kokoh dibawah sebuah
pohon rindang. Mereka saling diam…
“
apa itu?” tanya ayahnya saat sebuah burung turun dan berdiri lalu mengais-ais
tanah mencari makanan. Burung itu berjuang dalam hidupnya...
“
itu adalah seekor burung gereja” anak lelaki itu menjawab.
“
apa?”
“
seekor burung gereja”
“
burung apa itu?”
“
itu adalah burung gereja”
“
burung apa itu?”
“
itu adalah burung gereja”
“
burung apa itu?”
“
itu adalah seekor burung gereja. Aku telah mengatakannya berulang kali ayah..” emosi
sang anak melonjak. Dia telah menjawab pertanyaan itu berulang kali. Dan
tidakkah ayahnya itu mendengarkannya?.
Sang Ayah berdiri perlahan dan berjalan
masuk ke dalam rumah dengan tertatih-tatih. Anak lelaki itu tetap diam saja tak
bergerak sedikitpun. Ayah anak itu kembali lagi untuk duduk disamping anaknya
setelah beberapa saat. Dia kembali dengan membawa sebuah buku.
“
ini adalah buku harianku. Hm.. saat kau masih berumur lima tahun. Kita duduk
bersama seperti ini. Seekor burung gereja hinggap pada tanah lapang didepan
kita. Dan kau bertanya ‘ apakah itu?’. aku menjawabnya ‘ itu adalah burung
gereja’. Kau menanyakan hal itu berulang kali. Dan akupun menjawabnya berulang
kali seperti apa yang kau katakan.. “ Ayah menceritakan kisah masa kecilnya.
Ayah hanyalah seorang yang tua renta seperti
ini. Ayah hanya ingin kau menjawab pertanyaan ayah tadi. Ayah ingin disisa
hidup ayah ini. Ayah melihatmu bahagia. Ayah tak punya apapun lagi selain kau.
Ayah berharap jika kau akan merawatku sebagaimana aku merawatmu dulu. Tapi itu
hanyalah sebuah harapan. Saat kau masih bayi dan mulai belajar untuk berjalan.
Ayah selalu mendampingimu. Saat kau terus saja jatuh dan berusaha terus dan
terus sampai akhirnya menjadi seperti sekarang. saat kau lahir… ayah ingin
sekali kau menjadi harapan terbesar. Sebuah cita akan cinta yang agung. Harapan
yang besar untuk membuat dunia lebih baik..
Cerita-cerita dan cerita. Hanya itu yang
kita dengar. Ini cerita yang sering kita dengar bukan? Apakah harapan itu
salah?. bagaimana kita akan berjalan?. Akankah pertanyaan itu hanya kita jawab
dalam hati?!
Tiap kata ini adalah kata. Yang mungkin
akan hilang pada jalannya detik berikutnya bukan?. Lalu buatlah sesuatu
kenyataan terlihat sebagaimana mestinya kenyataan. Kita takkan dapat berubah
selama kita diam. hal yang penting kita selalu anggap remeh dan terlihat bahwa
hal yang begitu lemah kita anggap kuat?. Ya! Kelemahan kita adalah kekuatan
kita. Akankah bisa kata-kata itu terwujud?
BISA! Dengan segala keyakinan dan keteguhan
hati. Tuhan melihat.. saat kita ada Dia pun ada. Jangan pernah terus bertanya
tentang “ apa” tapi “bagaimana”! dan jika kau mau kau bisa merubah dunia.. (an opus by Anandhiya 13A)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar